Kalau kita meninggalkan sebuah kota untuk tinggal di tempat
lain, rasanya wajar jika kadang-kadang teringat pada teman-teman yang kita
tinggalkan. Salah satu sarana untuk bertemu dengan teman-teman tadi adalah
reuni sekolah. Tahun ini sudah dua kali saya diundang untuk datang ke reuni.
Yang pertama adalah reuni SD. Terus terang saya agak malas datang. Di sekolah
ini saya hanya dua tahun, kelas lima dan kelas enam. Saya agak heran juga
kenapa mereka begitu gencar menelpon dan mengirim pesan singkat mengharapkan
saya datang padahal saya sendiri tidak
merasa ingin ketemu. Dengan halus saya bilang bahwa saya ada di Bali dan tidak
ada rencana untuk pergi ke Bandung untuk menghadiri reuni, salam untuk semua,
dan semoga acaranya sukses.
Kalau reuni SMA lain lagi. Untuk yang ini saya benar-benar
mempertimbangkan untuk datang. Soalnya saya masih berhubungan dengan beberapa
teman SMA saya sampai sekarang, bahkan sahabat baik saya adalah teman
semasa SMA. Jauh sekali bedanya dengan teman-teman SD yang langsung
‘menghilang’ tak tentu rimbanya setelah lulus. Sebenarnya pernah juga saya ketemu
dengan beberapa teman SD ini sewaktu SMA dulu. Tapi ketika ditanya “Ingat nggak
kejadian ini?”, “Ingat nggak kejadian itu?”, “Ingat nggak sama si A, si B?”,
semuanya saya jawab tidak. Yah, kalau begini sih lebih baik tidak usah datang
ke reuni saja daripada mempermalukan diri sendiri. Betul kan?
Sebenarnya tema utama semua reuni itu tidak jauh-jauh dari “Ingat
ini? Ingat itu?” Semua orang, termasuk saya, suka bernostalgia tentang masa
lalu yang lucu dan menyenangkan ketika masih lincah serta penuh semangat dan harapan
indah akan masa depan. Reuni diharapkan bisa memutar balik waktu kembali ke
zaman dulu. Tema lainnya adalah mencari tahu apa yang terjadi pada mereka sekarang.
Kerja di mana, apa sudah berkeluarga, apa sudah punya anak. Termasuk diam-diam mengintip mobil apa yang mengantarnya ke reuni serta mengamati apakah baju atau tasnya bermerek. Hayoo, ngaku, hehehe. Buat mereka yang dulunya kuper, sering
ditertawakan, penampilan tidak menarik, ditambah lagi bodoh, tentu tidak ingin
muncul di reuni kecuali sekarang sudah mapan dalam suatu bidang. Yang sudah jadi pengusaha sukses akan menelpon koleganya membicarakan bisnis milyaran rupiah dengan suara keras agar ada yang mendengar.
Penampilan juga menarik untuk diamati, apalagi kalau reuni diadakan lama setelah lulus. Banyak kejutannya! Cerita tentang si itik buruk rupa yang berubah jadi burung undan cantik itu benar-benar ada lho. Julia Roberts misalnya. Dulu dia sering ditertawakan di sekolah karena bermulut lebar, sekarang dipuja karena kecantikannya juga. Jadi jangan dikira teman SMAmu yang dulu tidak menarik itu akan selamanya tidak menarik. Sebaliknya, yang dulu cantik sekali bisa saja sekarang kurus dan lesu. Yang dulu paling tampan sekarang gendut dan berperut buncit.
Penampilan juga menarik untuk diamati, apalagi kalau reuni diadakan lama setelah lulus. Banyak kejutannya! Cerita tentang si itik buruk rupa yang berubah jadi burung undan cantik itu benar-benar ada lho. Julia Roberts misalnya. Dulu dia sering ditertawakan di sekolah karena bermulut lebar, sekarang dipuja karena kecantikannya juga. Jadi jangan dikira teman SMAmu yang dulu tidak menarik itu akan selamanya tidak menarik. Sebaliknya, yang dulu cantik sekali bisa saja sekarang kurus dan lesu. Yang dulu paling tampan sekarang gendut dan berperut buncit.
Masih dalam urusan reuni ini, seorang teman SMA menelpon. Begitu melihat namanya di layar handphone saya menyambut gembira, “Hai Va,” kata saya. “Eh, kamu mau pesen kaos nggak untuk reuni?” jawabnya tanpa basa-basi. “Harus sekarang nih, soalnya paling telat pesennya hari ini. Mau ukuran apa ?” Saya tertegun mendengar kata-katanya yang merepet seperti kereta api ekspres. Tidak ada pertanyaan sama sekali tentang kabar saya sesudah sekian lama tidak ketemu. Saya jadi ingat, ketika tiga bulan lalu ketemu di Bandung pun dia sama sekali tidak bertanya soal kehidupan saya di Ubud melainkan sibuk terus dengan cerita mengenai dirinya sendiri. Hahaha. Ya sudah, namanya juga tidak tertarik, buat apa tanya-tanya ? Seperti saya yang juga tidak memberi komentar ketika mendapat pesan singkat berisi kabar kematian ibu seorang teman sekelas di SD dulu. Saya tidak merasa dekat dengannya. Kalau saya mengucapkan bela sungkawa, saya tahu itu tidak keluar dari hati yang tulus. Lebih baik tidak usah saja, karena saya hanya ingin bersimpati kalau saya merasa demikian, bukan demi kesopanan yang dituntut oleh basa-basi pergaulan.
Jadi, kalau sudah memutuskan untuk hadir dalam reuni
sekolah, datanglah dengan tujuan untuk bersenang-senang atau untuk memperoleh
manfaat sebesar-besarnya. Untuk yang ingin memperluas jaringan bisnis
kecil-kecilan melalui Facebook, catat
semua alamat Facebook temanmu itu.
Untuk yang ingin mengembangkan usaha, dekati teman yang sekarang sudah memiliki
jabatan penting. Untuk yang ingin mencari teman, catat nomor handphone orang-orang yang dulu tidak
terpikir untuk dijadikan teman. Untuk yang ingin bernostalgia, ngobrol, tertawa
bersama, foto-foto, manfaatkan waktu sebaik-baiknya selama acara berlangsung.
Jangan berlama-lama di sana karena sifat asli orang akan muncul setelah jangka
waktu tertentu. Kalau sudah begini teman-temanmu itu akan jadi membosankan,
menjengkelkan, atau menimbulkan rasa rikuh tidak tahu mau bicara apa lagi
sesudah beberapa saat ngobrol. Makanya saya agak heran ketika ada kata-kata
bahwa tujuan reuni sekolah saya adalah “membawa nama SMA kita ke tingkat
nasional”. Kok serius amat sih? Ini kan cuma reuni.
Kalau ditanya reuni apa yang paling ingin saya hadiri, saya
akan jawab reuni SD saya di Turen, kota kecil yang terletak di Jawa Timur. Hmm,
kalau Indonesia saja disebut negri ‘antah berantah’ oleh Justin Beiber, apa ya
sebutannya kota ini? Kota sayup-sayup di negri antah berantah? Di sana, ibu saya
menyekolahkan saya di sekolah kampung dari kelas satu sampai kelas empat.
Banyak teman sekelas saya yang tidak mengenakan sepatu dan berseragam seadanya
saja. Saya masih ingat beberapa teman saya. Hesti yang mempunyai
tiga saudara bernama Heni, Hudi, dan Haris, pokoknya semua dimulai dengan huruf
H. Elsye Kandouw yang cantik sekali dan saya baru sadar sekarang bahwa dia
punya darah Belanda. Jumiati yang mengaku bersuara seperti Tanti Yosepha dan di
Hari Kartini mengenakan kebaya dan ber-BH padahal sebagai gadis kecil dia belum
membutuhkannya. Wati yang setia menjemput saya untuk berangkat sekolah
sama-sama, padahal rumahnya dekat dengan sekolah sedangkan rumah saya jauh dan berlawanan
arahnya dari sekolah. Purwanti yang nakal yang menyuruh saya jangan mengadu
ketika dia mengambil uang dari kotak kas di warung ibunya. Ririn yang rumahnya
besar penuh pohon belimbing dan tinggal hanya bersama neneknya. Di mana ya
mereka sekarang? Sudah jadi apa sekarang? Bagaimana kehidupannya? Penasaran, pingin tahu, kangen! Hehehe.
Jadi, kesimpulannya, kalau disikapi dengan baik reuni
sekolah itu bisa memberi banyak manfaat dan kebahagiaan. Segala rasa hormat dan
terima kasih saya sampaikan kepada mereka semua yang rela sibuk dan repot
menyiapkan reuni. Mengumpulkan dana, menghubungi para alumni agar datang,
menyiapkan makanan, hiburan, dan tetek-bengek lainnya. Semua itu tanpa dibayar,
demi terselenggaranya acara yang berkesan.