Selasa, 26 Juni 2012

Reuni


Kalau kita meninggalkan sebuah kota untuk tinggal di tempat lain, rasanya wajar jika kadang-kadang teringat pada teman-teman yang kita tinggalkan. Salah satu sarana untuk bertemu dengan teman-teman tadi adalah reuni sekolah. Tahun ini sudah dua kali saya diundang untuk datang ke reuni. Yang pertama adalah reuni SD. Terus terang saya agak malas datang. Di sekolah ini saya hanya dua tahun, kelas lima dan kelas enam. Saya agak heran juga kenapa mereka begitu gencar menelpon dan mengirim pesan singkat mengharapkan saya datang  padahal saya sendiri tidak merasa ingin ketemu. Dengan halus saya bilang bahwa saya ada di Bali dan tidak ada rencana untuk pergi ke Bandung untuk menghadiri reuni, salam untuk semua, dan semoga acaranya sukses.

Kalau reuni SMA lain lagi. Untuk yang ini saya benar-benar mempertimbangkan untuk datang. Soalnya saya masih berhubungan dengan beberapa teman SMA saya sampai sekarang, bahkan sahabat baik saya adalah teman semasa SMA. Jauh sekali bedanya dengan teman-teman SD yang langsung ‘menghilang’ tak tentu rimbanya setelah lulus. Sebenarnya pernah juga saya ketemu dengan beberapa teman SD ini sewaktu SMA dulu. Tapi ketika ditanya “Ingat nggak kejadian ini?”, “Ingat nggak kejadian itu?”, “Ingat nggak sama si A, si B?”, semuanya saya jawab tidak. Yah, kalau begini sih lebih baik tidak usah datang ke reuni saja daripada mempermalukan diri sendiri. Betul kan?

Sebenarnya tema utama semua reuni itu tidak jauh-jauh dari “Ingat ini? Ingat itu?” Semua orang, termasuk saya, suka bernostalgia tentang masa lalu yang lucu dan menyenangkan ketika masih lincah serta penuh semangat dan harapan indah akan masa depan. Reuni diharapkan bisa memutar balik waktu kembali ke zaman dulu. Tema lainnya adalah mencari tahu apa yang terjadi pada mereka sekarang. Kerja di mana, apa sudah berkeluarga, apa sudah punya anak. Termasuk diam-diam mengintip mobil apa yang mengantarnya ke reuni serta mengamati apakah baju atau tasnya bermerek. Hayoo, ngaku, hehehe. Buat mereka yang dulunya kuper, sering ditertawakan, penampilan tidak menarik, ditambah lagi bodoh, tentu tidak ingin muncul di reuni kecuali sekarang sudah mapan dalam suatu bidang. Yang sudah jadi pengusaha sukses akan menelpon koleganya membicarakan bisnis milyaran rupiah dengan suara keras agar ada yang mendengar.

Penampilan juga menarik untuk diamati, apalagi kalau reuni diadakan lama setelah lulus. Banyak kejutannya! Cerita tentang si itik buruk rupa yang berubah jadi burung undan cantik itu benar-benar ada lho. Julia Roberts misalnya. Dulu dia sering ditertawakan di sekolah karena bermulut lebar, sekarang dipuja karena kecantikannya juga. Jadi jangan dikira teman SMAmu yang dulu tidak menarik itu akan selamanya tidak menarik. Sebaliknya, yang dulu cantik sekali bisa saja sekarang kurus dan lesu. Yang dulu paling tampan sekarang gendut dan berperut buncit.

Masih dalam urusan reuni ini, seorang teman SMA menelpon. Begitu melihat namanya di layar handphone saya menyambut gembira, “Hai Va,” kata saya. “Eh, kamu mau pesen kaos nggak untuk reuni?” jawabnya tanpa basa-basi. “Harus sekarang nih, soalnya paling telat pesennya hari ini. Mau ukuran apa ?” Saya tertegun mendengar kata-katanya yang merepet seperti kereta api ekspres. Tidak ada pertanyaan sama sekali tentang kabar saya sesudah sekian lama tidak ketemu. Saya jadi ingat, ketika tiga bulan lalu ketemu di Bandung pun dia sama sekali tidak bertanya soal kehidupan saya di Ubud melainkan sibuk terus dengan cerita mengenai dirinya sendiri. Hahaha. Ya sudah, namanya juga tidak tertarik, buat apa tanya-tanya ? Seperti saya yang juga tidak memberi komentar ketika mendapat pesan singkat berisi kabar kematian ibu seorang teman sekelas di SD dulu. Saya tidak merasa dekat dengannya. Kalau saya mengucapkan bela sungkawa, saya tahu itu tidak keluar dari hati yang tulus. Lebih baik tidak usah saja, karena saya hanya ingin bersimpati kalau saya merasa demikian, bukan demi kesopanan yang dituntut oleh basa-basi pergaulan.

Jadi, kalau sudah memutuskan untuk hadir dalam reuni sekolah, datanglah dengan tujuan untuk bersenang-senang atau untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya. Untuk yang ingin memperluas jaringan bisnis kecil-kecilan melalui Facebook, catat semua alamat Facebook temanmu itu. Untuk yang ingin mengembangkan usaha, dekati teman yang sekarang sudah memiliki jabatan penting. Untuk yang ingin mencari teman, catat nomor handphone orang-orang yang dulu tidak terpikir untuk dijadikan teman. Untuk yang ingin bernostalgia, ngobrol, tertawa bersama, foto-foto, manfaatkan waktu sebaik-baiknya selama acara berlangsung. Jangan berlama-lama di sana karena sifat asli orang akan muncul setelah jangka waktu tertentu. Kalau sudah begini teman-temanmu itu akan jadi membosankan, menjengkelkan, atau menimbulkan rasa rikuh tidak tahu mau bicara apa lagi sesudah beberapa saat ngobrol. Makanya saya agak heran ketika ada kata-kata bahwa tujuan reuni sekolah saya adalah “membawa nama SMA kita ke tingkat nasional”. Kok serius amat sih? Ini kan cuma reuni.

Kalau ditanya reuni apa yang paling ingin saya hadiri, saya akan jawab reuni SD saya di Turen, kota kecil yang terletak di Jawa Timur. Hmm, kalau Indonesia saja disebut negri ‘antah berantah’ oleh Justin Beiber, apa ya sebutannya kota ini? Kota sayup-sayup di negri antah berantah? Di sana, ibu saya menyekolahkan saya di sekolah kampung dari kelas satu sampai kelas empat. Banyak teman sekelas saya yang tidak mengenakan sepatu dan berseragam seadanya saja. Saya masih ingat beberapa teman saya. Hesti yang mempunyai tiga saudara bernama Heni, Hudi, dan Haris, pokoknya semua dimulai dengan huruf H. Elsye Kandouw yang cantik sekali dan saya baru sadar sekarang bahwa dia punya darah Belanda. Jumiati yang mengaku bersuara seperti Tanti Yosepha dan di Hari Kartini mengenakan kebaya dan ber-BH padahal sebagai gadis kecil dia belum membutuhkannya. Wati yang setia menjemput saya untuk berangkat sekolah sama-sama, padahal rumahnya dekat dengan sekolah sedangkan rumah saya jauh dan berlawanan arahnya dari sekolah. Purwanti yang nakal yang menyuruh saya jangan mengadu ketika dia mengambil uang dari kotak kas di warung ibunya. Ririn yang rumahnya besar penuh pohon belimbing dan tinggal hanya bersama neneknya. Di mana ya mereka sekarang? Sudah jadi apa sekarang? Bagaimana kehidupannya? Penasaran, pingin tahu, kangen! Hehehe.

Jadi, kesimpulannya, kalau disikapi dengan baik reuni sekolah itu bisa memberi banyak manfaat dan kebahagiaan. Segala rasa hormat dan terima kasih saya sampaikan kepada mereka semua yang rela sibuk dan repot menyiapkan reuni. Mengumpulkan dana, menghubungi para alumni agar datang, menyiapkan makanan, hiburan, dan tetek-bengek lainnya. Semua itu tanpa dibayar, demi terselenggaranya acara yang berkesan.

Senin, 18 Juni 2012

Lumbung Yoga


Semakin hari semakin banyak orang yang mempraktikkan yoga dan meditasi serta mencari penyembuhan dengan metode alternatif seperti reiki, energi prana, pijat dan sebagainya. Ubud sudah lama menjadi pusat dari semua kegiatan tersebut, bahkan gaungnya sudah mencapai tingkat mancanegara dengan diselenggarakannya acara berskala internasional “Bali Spirit Festival” di sini. Ini adalah acara tahunan yang merayakan yoga, tari, dan musik. Salah seorang pengunjungnya menyebut festival ini sebagai surganya para yogi.  Musik, senandung, derum genderang, dan tawa memenuhi udara. Pelatihan-pelatihannya memberi inspirasi dan setiap orang senang berada di sana. Acara-acara musik yang diselenggarakan di malam hari menyajikan musisi terbaik dari seluruh penjuru dunia. Ini adalah festival terbaik di dunia!” demikian ulasannya yang dimuat dalam tripadvisor.co.id.

Sebuah tulisan di majalah tiga bulanan “UbudLife” menyebutkan bahwa Ubud adalah ruang tunggu transit spiritual terbaik di dunia. Segala macam krisis yang mungkin terjadi dalam hidup, seperti dikhianati pasangan, anak-anak meninggalkan rumah karena mereka beranjak dewasa, karir hancur karena krisis ekonomi, merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidup, mencari kemajuan spiritual karena operasi plastik tidak berhasil, mendapat diagnosa yang mengerikan dan tidak ingin percaya pada dokter, adalah alasan banyak orang dari berbagai tempat di dunia datang ke Ubud. Di sini mereka melakukan meditasi, yoga atau mendatangi penyembuh dari berbagai aliran. Hehehe, Barat banget ya? Karena, meskipun meditasi dan yoga merupakan tradisi Timur, orang Indonesia untuk mengurangi beban batinnya akan lebih suka curhat di Facebook, mengadu pada orang tua, bergosip di arisan atau belanja habis-habisan. Paling tidak, begitulah kebiasaan teman-teman saya.

Baru beberapa hari yang lalu saya membaca iklan sebuah paket istimewa yang dinamakan Yoga Cruise di kafe dekat rumah. Sesuai dengan namanya, paket itu diselenggarakan di kapal kayu besar yang berlayar di perairan Bali dan sekitarnya. Acaranya adalah yoga, meditasi, snorkling, kayaking, kunjungan ke pulau-pulau Gili di Lombok. Fasilitas penunjangnya adalah makanan sehat ayurvedic, teh herbal, musik yang menenangkan. Bayangkan, meditasi di tengah laut! Kapan lagi bisa begini, ini pengalaman sekali seumur hidup lho. Mau ikutan? Paket 7 hari harganya 12 juta rupiah, kalau mau yang lebih murah ada juga yang 5 hari dengan harga 9,5 juta rupiah saja.  Paket lainnya, yang mengiklankan diri di papan pengumuman pasar swalayan, menyatakan bahwa pada dasarnya semua orang bisa melukis asal hambatan psikologisnya dihilangkan dulu. Dengan meditasi Anda dapat mengekspresikan semua bakat artistik dalam diri yang selama ini tidak tersalurkan dalam bentuk lukisan yang akan membuat diri Anda sendiri terkejut (gila, ternyata gua bisa ngelukis, bagus lagi!). Ini mengingatkan saya pada cerita seorang teman yang tiba-tiba bisa menari Jawa klasik padahal seumur-umur tidak pernah belajar. Nah, jadi tertarik kan? Karena diselenggarakan di darat, tentu harganya tidak semahal paket berlayar. Cukup 8 juta rupiah saja untuk seminggu. Lalu, apakah setelah program selesai masih bisa melukis ? Um… saya tidak tahu. Tanyakan pada Panitia deh !

Maaf kalau dua paket tadi semuanya di luar budget. Tapi masih bisa diakali kok, misalnya dengan memilih paket yang tidak all-in. Kalau kebetulan punya teman yang tinggal di Ubud dan bisa ditumpangi, kan lumayan, tidak perlu menggunakan fasilitas kamar yang disediakan sehingga harga bisa lebih murah. Tentu trik ini tidak bisa diterapkan untuk paket berlayar (kecuali kamu punya kenalan putri duyung yang tinggal di dasar laut). Atau, bisa juga mengambil paket yang lamanya 3-4 hari saja, bahkan paket 1-2 jam saja. Tinggal lihat di daftar, pilih mana yang menarik. Persis seperti memilih makanan di restoran padang, semua ada, semua lengkap. Ada yang menggunakan mantra. Ada yang menggunakan genderang afrika. Ada yang mengajak kamu menari bebas sesuai gejolak hati, tidak perlu punya pengalaman menari sebelumnya. Ada yang mengajak kamu tertawa terpingkal-pingkal meskipun sedang tidak ingin tersenyum apalagi tertawa. Ada yang menggunakan nyala obor, dan sebagainya. Sejauh ini metode paling ajaib yang pernah saya dengar adalah metode getar. Badan digetarkan dengan alat khusus selama 6 jam sehari, 3 hari berturut-turut. Ketika kenalan saya yang ikut program ini menerangkan apa gunanya metode ini untuk tubuh dan jiwa, saya sama sekali tidak bisa mendengarkan saking sibuknya mengatur otot-otot muka agar tidak menampilkan ekspresi ingin tertawa terbahak-bahak.

Nah, siapa bilang meditasi itu membosankan? Sensasi tidak hanya bisa didapat dengan naik ke puncak Menara Eiffel di Paris, ikut bungy jumping di Hongkong, menyelam bersama hiu, naik roller coaster di Disneyland. Hey, sensasi juga bisa didapatkan dengan menjalani meditasi di tempat sunyi! Saking keranjingannya orang akan sensasi, paket berlayar yang saya ceritakan tadi memberi jaminan bahwa peserta bisa berenang, snorkling, atau berperahu kapan saja mereka mau. Kalau mau leyeh-leyeh di pantai berpasir putih sebuah perahu siap mengantar kapan saja. Kurang apa lagi ?

Yoga dan meditasi memang populer di Ubud, tapi tidak di antara penduduk lokalnya. Malahan dalam buku “Jangan Mati di Bali” karangan Gde Aryantha Soethama disebutkan bahwa orang Bali jarang sekali bermeditasi. Sedangkan di antara para penetap yang bukan asli Bali, para yogi ini seperti sudah membentuk komunitas tersendiri. Banyak yang memanfaatkan kegiatan yoga untuk menguruskan badan, membentuk dada dan bokong agar padat, bahkan mencari pacar. Seperti percakapan yang terjadi di tengah-tengah sesi yoga ini. “Ups, sorry, nggak sengaja nyenggol. Kamu bilang berapa tadi ya, nomor telepon kamu?” Perempuan yang ditanya pun menjawab, “Saya sama sekali nggak bilang apa-apa.” “Oh ya? Jadi berapa nomornya ?” “00112233”, jawabnya dengan jengkel. Yang dijudesi sama sekali tidak tersinggung, dia cuma tersenyum dan bertanya ke perempuan lainnya, “Gerakan Menyalami Matahari kamu lentur sekali tadi. Bisa ajari saya gerakan Anjing meregangkan punggung? Saya ikuti dari belakang ya, dekat-dekat biar nggak salah.” :)

Lalu bagaimana dengan model meditasi yang saya ikuti akhir tahun yang lalu? Meditasi ini gratis, kita hanya diharapkan memberi sumbangan di akhir program pada vihara, yang dimasukkan dalam amplop tertutup tanpa menyertakan nama. Kalau benar-benar tidak punya uang, seperti teman sekamar saya, ya tinggal menyelinap pergi diam-diam, tidak apa-apa kok. Meditasi ini ‘sunyi’ dan ‘kering’, tanpa musik, tanpa tarian, tanpa mantra, tanpa zikir, bahkan ketika makan bersama pun  suasananya sunyi senyap. Hasilnya, 3 orang mengundurkan diri sebelum program berakhir, dan dari obrolan setelah program selesai banyak yang mengaku terus bertahan sampai akhir hanya karena merasa tanggung sudah kepalang basah. Yang merasa cocok juga banyak. Mereka ini yang bertekad akan terus bermeditasi meskipun sudah kembali ke kehidupan sehari-hari. Mungkin tekad ini akan kendor, meditasinya jadi jarang-jarang bahkan berhenti sama sekali beberapa bulan kemudian, untuk disegarkan lagi di program retret berikutnya. Tidak apa-apa. Walaupun sudah tahu bahwa meditasi bukanlah duduk bersila sambil menutup mata selama satu jam atau mengundurkan diri ke tempat sepi, melainkan menyadari pikiran dari waktu ke waktu, penyegaran kan perlu juga.

Sabtu, 09 Juni 2012

Puppy Machina


Namanya Puppy Machina. Tinggalnya di sebuah rumah tepat di depan tanjakan yang terjal. Kalau kita teruskan menyusuri jalan ini, kita akan sampai di perempatan di mana terdapat bale desa. Dengan perkataan lain, ini adalah pusat desa. Kalau ada orang lewat di tanjakan itu sambil mendaki terengah-engah, Puppy Machina segera berlari keluar dari halaman dengan bersemangat. Sambutannya bisa membuat orang takut dan cepat-cepat menyingkir, tapi ada juga yang tidak peduli dan mengabaikannya saja. Puppy Machina tidak akan terima kalau dirinya diabaikan. Dia akan menggonggong semakin keras. Ketika endusannya memberi tahu bahwa itu adalah orang lama yang sudah tinggal di daerah itu beberapa minggu, dia sedikit menurunkan suaranya walaupun masih pura-pura galak supaya tidak diremehkan. Akan tetapi kalau dari baunya ternyata orang itu fresh from the airport, inilah saatnya untuk menyalak sekeras-keras dan seseram-seramnya. Satu-satunya cara yang bisa kita lakukan adalah mengambil batu dan melemparkan padanya. Tidak perlu sampai kena, hanya mencegahnya mendekat walaupun tidak bisa menghentikan gonggongan.

Bisa dipastikan Puppy Machina sering melahirkan. Dadanya yang subur memperlihatkan bahwa anak-anaknya mendapat cukup pasokan susu. Tadinya saya berpikir betapa sengsaranya hidup seperti itu, tidak putus-putusnya hamil-melahirkan-hamil lagi-melahirkan lagi, begitu terus-menerus. Namun setelah memperhatikannya beberapa lama pikiran saya jadi berubah. Badan Puppy Machina terlihat kekar dan sehat dengan otot yang kuat. Bulu hitam legam dengan sedikit warna putihnya mengkilap dan pendek-pendek. Matanya cemerlang. Meskipun anjing kampung, hidupnya tidak sengsara seperti sesamanya yang sering kotor, tak terurus, dan sakit. Seringnya hamil justru merupakan tanda kepopulerannya di lingkungan anjing-anjing sekitar.

Setelah melahirkan enam ekor anak (lagi) Puppy Machina bisa merasa santai sekarang. Dengan lega dia mengaso di bawah sinar matahari. Anak-anaknya kadang-kadang menjengkelkannya karena selalu mendesak-desak merapat di badannya minta perhatian serta menyusu. “Aduh, geser sedikit dong! Mommy capek nih!” katanya. Yang bisa dilakukannya sekarang hanyalah bersabar. Benar saja, tak lama kemudian dua ekor anaknya diadopsi oleh seorang tetangga yang tertarik pada kegalakan Puppy Machina dan berharap anaknya bisa menjadi anjing penjaga yang baik kelak. Yang dua lagi dikorbankan dalam sebuah upacara suci (ups, ini baru gosip, jangan ditelan mentah-mentah ya). Seekor lagi diadopsi oleh seorang bule yang ingin punya anjing Bali walaupun sudah memiliki dua anjing impor. Sekarang tinggal anaknya yang terakhir. Dibandingkan dengan saudaranya yang lain, Si Kirik ini memang tidak terlalu menarik. Badannya kecil dan bulunya kusam.

Suatu hari, ketika Kirik sudah sedikit besar Puppy Machina berkata padanya, “Nak, pergilah ke ayahmu. Lebih baik kau tinggal bersamanya. Ayahmu itu tinggal di Penestanan Kelod. Kau akan senang hidup bersamanya.” Si Kirik merasa sedih tapi dia adalah anak anjing yang baik dan penurut. “Baik, Mommy,” jawabnya. Maka pergilah dia dengan berlari-lari kecil mencari ayahnya. Kita harapkan saja dia tidak tersesat dan berakhir menjadi anjing liar tak berumah yang harus kedinginan dan kepanasan di luar. Semoga saja tidak!

Puppy Machina meregangkan keempat kakinya. Dia menguap lebar-lebar dan menggeliat sedikit. Hari yang indah. Dengan tersenyum simpul dipakainya lipstik dan maskara. Dipandanginya dirinya sendiri di kaca. “Hah, aku bukan tandingan anjing-anjing betina kampung yang kotor-kotor itu.” Dia merasa puas diri. Kemarin dia sudah menolak dengan angkuh seekor anjing jantan yang mencoba mendekatinya. Dengan mendengus menghina dia berkata, “Jangan kira aku tidak tahu bahwa kamu suka menggoda sepupuku. Pergi sana, kamu bau dan perlu mandi air panas.” Dengan sedih dan malu anjing itu pergi dengan ekor terselip di antara kaki belakangnya.

Hari ini Puppy Machina merasa santai dan memiliki banyak waktu untuk melakukan apa saja yang disukainya. Didekatinya tempat sampah besar di mana banyak orang membuang sampah rumah tangga di sana. Dengan sedikit malas Puppy Machina mengendusi kantong-kantong plastik yang tercecer. Ada satu yang berisi jeroan ayam, baunya sudah busuk namun tentu saja ini bau yang sangat sedap bagi seekor anjing. Langsung dia bersemangat. Dengan taringnya yang tajam dia merobek-robek kantong itu dan memakan isinya. Lumayan juga sebagai camilan, pikir Puppy Machina. Makan yang sesungguhnya akan didapatnya sebentar lagi di rumah. Dia sangat terjamin dalam hal ini, sama sekali tidak perlu kuatir mengenainya.

Semakin sore Puppy Machina tidak tahan lagi berpura-pura tidak peduli. Ketika seekor anjing jantan yang cukup gagah datang mendekatinya dengan penuh minat, dia mengedipkan sebelah mata dan menggoyang sedikit pinggulnya. Namun kebanggaannya yang paling utama yang membuatnya merasa seperti putri kerajaan adalah ketika dikerubuti oleh dua atau tiga ekor anjing sekaligus, masing-masing berusaha menarik perhatiannya. Kadang-kadang mereka hanya santai berbaring-baring saja dan baru bangun ketika seseorang lewat. Dengan bergerombol mereka lebih percaya diri untuk mengintimidasi orang, dan itu biasanya berhasil. Seperti yang sudah saya katakan, cepatlah membungkuk, ambil batu, lempar! Tapi ingat, jangan sampai kena.

Puppy Machina tidak pernah kuatir akan masa depan atau menyesali masa lalu. Setiap hari yang baru dimulainya dengan santai namun penuh harapan. Makan cukup, hiburan menakut-nakuti orang serta mengejar-ngejar ayam cukup, perhatian dari para jantan cukup. Siapa bilang kehidupan anjing kampung tidak bisa membuat iri?