Kamis, 02 Februari 2012

Jor-joran Penjor


jajaran penjor
Jalan-jalan saya di hari Galungan punya misi khusus: berburu penjor. Untuk itu, berangkatnya harus pagi-pagi. Ayo, semangaat! Dua hari sebelumnya saya lihat beberapa penjor sudah berdiri atau sedang dihias. Saya tidak terlalu membayangkan bagaimana jadinya kalau penjor-penjor ini sudah berdiri semua. Ah, cuma bambu berhias, biasa-biasa aja kali. Cuma sedikit memeriahkan suasana, begitu pikir saya. Tapi, begitu berbelok masuk ke jalan utama desa, jreng! Pemandangan yang biasa saya lihat sehari-hari sudah berubah total. Penjor berjajar sejauh mata memandang. Wah, indah sekali!

Sesudah terkagum-kagum dan jepret-jepret beberapa foto, perjalanan saya lanjutkan. Rute saya dimulai dengan membelah desa, masuk ke jalan utama Ubud dan langsung keluar lagi ke arah timur. Sesudah itu, ya ikuti aja jalan yang terus menanjak. Ternyata ini membawa saya ke Tegallalang, Gunung Kawi, Sebatu, dan akhirnya Kintamani yang terkenal dengan gunung dan danau Baturnya.

penjor lugu
Saya berusaha mengidentifikasi bahan-bahan penghias penjor. Dari kendaraan yang melaju kencang saya celingukan dan melebarkan mata. Kayaknya semua penjor ada untaian gabahnya, disusun dari bawah sampai ke atas. Begitu juga kelapa utuh yang mengingatkan saya pada lambang Pramuka, sering menyembul di antara susunan janur. Dan banyak sekali yang menggunakan kertas berwarna. Kesimpulan saya, orang bisa suka-suka menghias penjor. Bahan yang tidak boleh dilupakan adalah janur. Tebakan saya sih penjor tradisional itu terdiri dari janur, untaian gabah, daun-daunan, dan kelapa. Tapi semakin banyak saya melihat penjor dan semakin jauh saya berjalan saya bisa mengambil kesimpulan bahwa penjor juga soal prestise. Lupakan yang tradisional, pakai rumbai dan pita juga boleh. Pokoknya, jangan mau kalah sama punya tetangga!

Ada penjor yang penuh dengan daun tanaman. Pasti penciptanya pecinta lingkungan dan ingin mengampanyekan pandangannya melalui penjor yang bertema go green. Atau bisa juga karena kurang modal ya, nggak tahu juga deh. Ada juga yang sederhana banget, seperti dandanan gadis desa yang baru pertama masuk kota. Ini pastinya penjor lugu. Kebalikannya, apalagi kalau bukan penjor menor, hehehe. Atau lebih tepat dinamakan penjor Hollywood? Penjor seperti ini banyak ditemukan di kota Ubud.

penjor Hollywood
Selain itu ada juga penjor pelangi, penjor kipas, dan penjor bulu-bulu. Penjor bulu-bulu? Nggak salah nih. Yak, tul, ini penjor yang dipasangi bulu-bulu warna-warni seperti perempuan yang over dressed. Ada juga penjor yang menolak mengikuti bentuk bambu yang lurus, sehingga menggunakan badan palsu yang meliuk-liuk seperti perempuan jam pasir. Untuk menegaskan bentuk tubuhnya, diberi lapisan warna menyolok. Satu penjor di Kintamani menggunakan daun-daunan cemara, mungkin karena ada di pegunungan. Wah, jadi penjor natal dong :).

Saya berhenti setiap kali ada yang menarik. Selebihnya ya berusaha buka mata lebar-lebar. Wuus! Kendaraan saya melaju cepat dan saya melihat jejeran penjor satu desa bermodel sederhana. Wuus! Desa lainnya penuh penjor genit. Rupanya kadar pamer antar desa juga berbeda-beda. Pokoknya, hari itu saya puas melihat penjor. Model apa aja, tema apa aja, semua ada! 

detil penjor
Karena penasaran dengan penjor, saya meng-google di internet. Inilah yang saya dapatkan: penjor melambangkan gunung dan gunung sendiri melambangkan alam semesta. Dan untuk orang Bali, penjor itu sama dengan Gunung Agung, gunung paling tinggi dan paling suci di Bali. Gunung dengan hutan yang lebat mengandung banyak air yang mengalir ke sungai. Ini kemudian digunakan untuk irigasi dan minum. Penjor ada dua macam, hiasan dan sakral. Kalau penjor sakral, banyak syaratnya. Selain janur harus ada kelapa, daun-daunan, umbi-umbian, palawija, pisang atau nanas, dsb. Semua itu punya makna. 

Aduh, jangan-jangan penjor go green dan penjor natal itu yang mendekati yang sakral ini ya. Maaf deh. Ginilah kalau suka sok tahu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar