|
jajaran penjor |
Jalan-jalan saya di hari Galungan punya misi khusus: berburu
penjor. Untuk itu, berangkatnya harus pagi-pagi. Ayo, semangaat! Dua hari
sebelumnya saya lihat beberapa penjor sudah berdiri atau sedang dihias. Saya
tidak terlalu membayangkan bagaimana jadinya kalau penjor-penjor ini sudah
berdiri semua. Ah, cuma bambu berhias, biasa-biasa aja kali. Cuma sedikit memeriahkan
suasana, begitu pikir saya. Tapi, begitu berbelok masuk ke jalan utama desa,
jreng! Pemandangan yang biasa saya lihat sehari-hari sudah berubah total. Penjor
berjajar sejauh mata memandang. Wah, indah sekali!
Sesudah terkagum-kagum dan jepret-jepret beberapa foto,
perjalanan saya lanjutkan. Rute saya dimulai dengan membelah desa, masuk ke
jalan utama Ubud dan langsung keluar lagi ke arah timur. Sesudah itu, ya ikuti aja
jalan yang terus menanjak. Ternyata ini membawa saya ke Tegallalang, Gunung
Kawi, Sebatu, dan akhirnya Kintamani yang terkenal dengan gunung dan danau
Baturnya.
|
penjor lugu |
Saya berusaha mengidentifikasi bahan-bahan penghias penjor. Dari
kendaraan yang melaju kencang saya celingukan dan melebarkan mata. Kayaknya
semua penjor ada untaian gabahnya, disusun dari bawah sampai ke atas. Begitu
juga kelapa utuh yang mengingatkan saya pada lambang Pramuka, sering menyembul
di antara susunan janur. Dan banyak sekali yang menggunakan kertas berwarna.
Kesimpulan saya, orang bisa suka-suka menghias penjor. Bahan yang tidak boleh
dilupakan adalah janur. Tebakan saya sih penjor tradisional itu terdiri dari
janur, untaian gabah, daun-daunan, dan kelapa. Tapi semakin banyak saya melihat
penjor dan semakin jauh saya berjalan saya bisa mengambil kesimpulan bahwa
penjor juga soal prestise. Lupakan yang tradisional, pakai rumbai dan pita juga
boleh. Pokoknya, jangan mau kalah sama punya tetangga!
Ada penjor yang penuh dengan daun tanaman. Pasti penciptanya
pecinta lingkungan dan ingin mengampanyekan pandangannya melalui penjor yang
bertema go green. Atau bisa juga
karena kurang modal ya, nggak tahu juga deh. Ada juga yang sederhana banget,
seperti dandanan gadis desa yang baru pertama masuk kota. Ini pastinya penjor
lugu. Kebalikannya, apalagi kalau bukan penjor menor, hehehe. Atau lebih tepat
dinamakan penjor Hollywood? Penjor seperti ini banyak ditemukan di kota Ubud.
|
penjor Hollywood |
Selain itu ada juga penjor pelangi, penjor kipas, dan penjor
bulu-bulu. Penjor bulu-bulu? Nggak salah nih. Yak, tul, ini penjor yang
dipasangi bulu-bulu warna-warni seperti perempuan yang
over dressed. Ada juga penjor yang menolak mengikuti bentuk bambu
yang lurus, sehingga menggunakan badan palsu yang meliuk-liuk seperti perempuan
jam pasir. Untuk menegaskan bentuk tubuhnya, diberi lapisan warna menyolok. Satu
penjor di Kintamani menggunakan daun-daunan cemara, mungkin karena ada di
pegunungan. Wah, jadi penjor natal dong
:).
Saya berhenti setiap kali ada yang menarik.
Selebihnya ya berusaha buka mata lebar-lebar. Wuus! Kendaraan saya melaju cepat
dan saya melihat jejeran penjor satu desa bermodel sederhana. Wuus! Desa
lainnya penuh penjor genit. Rupanya kadar pamer antar desa juga berbeda-beda.
Pokoknya, hari itu saya puas melihat penjor. Model apa aja, tema apa aja, semua
ada!
|
detil penjor |
Karena penasaran dengan penjor, saya meng-google di internet. Inilah yang saya
dapatkan: penjor melambangkan gunung dan gunung sendiri melambangkan alam
semesta. Dan untuk orang Bali, penjor itu sama dengan Gunung Agung, gunung
paling tinggi dan paling suci di Bali. Gunung dengan hutan yang lebat
mengandung banyak air yang mengalir ke sungai. Ini kemudian digunakan untuk
irigasi dan minum. Penjor ada dua macam, hiasan dan sakral. Kalau penjor
sakral, banyak syaratnya. Selain janur harus ada kelapa, daun-daunan,
umbi-umbian, palawija, pisang atau nanas, dsb. Semua itu punya makna.
Aduh, jangan-jangan penjor go green dan penjor natal itu yang mendekati
yang sakral ini ya. Maaf deh. Ginilah kalau suka sok tahu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar